Dukung Perikanan Berkelanjutan dengan Metode Swap Alat Tangkap

Dukung Perikanan Berkelanjutan dengan Metode Swap Alat Tangkap

Salah satu program utama TAKA adalah mendukung perikanan berkelanjutan (sustainable fisheries) di Indonesia. Bersama dengan BenihBaik dan IndoZone, TAKA mendukung PLN Peduli dalam program Pemberdayaan Nelayan Rajungan dan Bantuan Alat Tangkap. Program ini menyoroti peningkatan kapasitas nelayan rajungan dengan pelatihan pembuatan bubu berjendela, pengolahan rajungan, strategi marketing, hingga manajemen keuangan rumah tangga. Seiring diadakannya pelatihan peningkatan kapasitas, kelompok nelayan Forkom Nelangsa juga diberikan bantuan sarana dan prasarana yang menunjang pengembangan kapasitas perikanan rajungan. Fasilitas alat tangkap yang diberikan nelayan rajungan melalui program ini adalah bubu rajungan berjendela dan karamba karantina rajungan.

Bagaimana bantuan alat tangkap mendukung perikanan berkelanjutan?

“Penangkapan, lalu lintas, dan/atau pengeluaran rajungan (Portunus spp.) untuk kepentingan konsumsi hanya dapat dilakukan dengan ketentuan tidak dalam kondisi bertelur.

Peraturan Menteri no. 16 Tahun 2022, Pasal 11 ayat 1

Faktanya, bertelur maupun tidak, harga rajungan di pasaran Jepara tetaplah sama karena dihitung dari berat. Sehingga secara ekonomis, nelayan tidak mendapat keuntungan yang signifikan dari menjual rajungan bertelur. Namun memang pada rajungan bertelur dapat meningkatkan berat rajungan yang dijual. Tetapi dari sisi ekologis, penangkapan rajungan bertelur secara terus menerus dapat mengakibatkan berkurangnya stok rajungan di wilayah Jepara. Sebelumnya, Pak Mustain telah menginisiasi restocking rajungan sebagai upaya melestarikan rajungan

Dari inisiasi tersebut, TAKA bersama nelayan Forkom Nelangsa Simpul Jepara membangun karamba karantina untuk rajungan bertelur. Nantinya, nelayan yang mendapati rajungan bertelur dapat menaruh tangkapannya dalam wangsal yang disediakan dan menuliskan nama dan jumlah yang menggunakan wangsal pada papan yang terpasang. 

Pada program sebelumnya bersama SFP, nelayan Forkom Nelangsa menjelaskan terdapat tiga tahap rajungan bertelur sebelum dapat diambil. Pada saat telur masih berwarna kuning, maka dibutuhkan waktu 3-4 hari, telur berwarna coklat 2-3 hari, dan telur berwarna hitam dibutuhkan waktu 1 hari sebelum telur lepas. Simak selengkapnya pada video ini. 

Bagaimana dengan bubu yang digunakan?

‘Jendela’ pada bubu berukuran 10×10 cm atau sekitar 4×3 mata jaring. Berdasarkan Peraturan Menteri no. 16 Tahun 2022 Pasal 12 ayat 1(b), hanya rajungan (Portunus spp.) dengan ukuran lebar karapas di atas 10 cm atau berat di atas 60 gram yang diperbolehkan ditangkap

Maka dari itu, modifikasi ‘jendela’ pada sisi-sisi bubu diharapkan mengurangi hasil tangkapan rajungan yang dibawah standar tangkap. Jumlah ‘jendela’ pada bubu bervariasi dari 2 hingga 4 jendela. Tak hanya menghindari tangkapan rajungan kecil, adanya jendela pada bubu dapat membiarkan ikan selain tangkapan rajungan keluar dari bubu. Simak video lengkapnya di sini.

Jendela pada bubu rajungan sebagai jalur keluar rajungan berukuran <10 cm

Penyaluran bantuan alat tangkap bubu tidak dilakukan secara cuma-cuma, namun TAKA berkoordinasi dengan Forkom Nelangsa untuk menggunakan sistem tukar/swapping. Nelayan dapat menerima bubu baru yang telah dimodifikasi berjendela sejumlah dengan bubu lama yang mereka kumpulkan. Metode ini dinilai mengurangi penambahan alat tangkap untuk pemanfaatan perikanan. 

(Avicenna Wijayanto)

%d blogger menyukai ini: