PULAU Buaya merupakan salah satu pulau yang berada di Kecamatan Alor Barat Laut. Kawasan ini berada dalam Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar dan Laut Sekitarnya, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bernama Pulau Buaya bukan berarti karena pulau ini banyak buayanya, melainkan bentuknya yang terlihat seperti buaya jika dilihat dari udara. Mayoritas penduduk di pulau ini berprofesi sebagai nelayan.
Beberapa lokasi di sekitar perairan pulau ini kondisinya rusak akibat kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan. ’’Dulunya di sekitar Pulau Buaya sudah seperti pameran kembang api yang terdengar dari bawah air, saking banyaknya yang menggunakan bom untuk mencari ikan (bisa ditambahkan kalimat deskriptif yang menggambarkan suara bom. Dar, der, dor etc) ,” cerita Kepala Desa Pulau Buaya Kasim Anwar kepada TAKA/kami. “Kami harus mengambil tindakan melihat keadaan yang seperti itu, apalagi Pulau Buaya akan dijadikan desa wisata. Apabila karangnya pada mati, terus apa yang bisa dinikmati oleh wisatawan yang datang? Sedangkan, sektor pariwisata menjadi salah satu sumber ekonomi tambahan yang sangat berpotensi untuk Pulau Buaya”, lanjutnya.
Pada bulan Oktober 2021 lalu, TAKA bersama masyarakat desa dan pengelola kawasan melakukan upaya rehabilitasi ekosistem terumbu karang yang rusak di Pulau Buaya dengan membuat Taman Bawah Laut Arca Moko (Baca: Upaya Rehabilitasi Taman Bawah Laut Arca Moko ). Lima bulan setelah kegiatan tersebut dilakukan, TAKA dan para mitra kembali ke lokasi Taman Bawah Laut Arca Moko. Seperti apa kondisinya?
Terumbu Karang Makin Baik, Ikan Makin Banyak
Kami menuju ke lokasi menggunakan kapal dari Desa Pulau Buaya. Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk mencapai titik tujuan. Untuk melihat langsung bagaimana kondisi Taman Bawah Laut itu, kami melakukan penyelaman.
Saat berada di kedalaman 3 meter, sudah terlihat struktur Moko besar yang menjadi pusat dari situs ini. Di sebelahnya, berdiri struktur hexadome serta tumpukan batu kapur yang disebut rock pile. Walaupun baru lima bulan, ternyatasudah terlihat adanya perkembangan. Sejumlah karang keras kecil (rekrutmen karang) sudah tumbuh di antara batu-batu rock pile bersama dengan karang lunak dan alga kapur. Situs yang terletak di bagian barat laut Pulau Buaya terlihat ramaidengan kehadiran berbagai jenis ikan yang beragam ukuran dan warna. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan karang yang semakin baik maka ikan juga akan semakin banyak dan beraneka ragam.
Beberapa dari ikan tersebut tergolong ikan ekonomis yang menjadi tangkapan utama nelayan. Peran ekosistem terumbu karang secara langsung dapat meningkatkan ekonomi masyarakat pulau patut untuk dijaga tidak hanya di situs rock pile tetapi juga di sekitar Pulau Buaya.
Selain bertujuan untuk memulihkan kondisi terumbu karang, situs Taman Bawah Laut Arca Moko juga dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata yang memberikan nilai tambah ekonomi kepada masyarakat lokal.
Pemantauan juga dilakukan di beberapa lokasi lain di sekitar taman bawah laut ini. Ternyata Pulau Buaya menyimpan potensi keindahan bawah laut yang besar. Hamparan karang maupun soft coral, ikan-ikan yang berenang bergerombol, menjadi daya tarik dan keindahan bawah laut Pulau Buaya. Terlebih lagi lokasi Arca Moko berada di perairan dangkal dengan air laut yang jernih, sangat cocok dijadikan wisata snorkeling. Di sana pun ditemukan hiu karang (Blacktip Reef Shark) yang juga bisa menjadi nilai tambah wisata.
Perlu Kerja Sama Pemerintah dan Masyarakat untuk Menjaga Situs
TAKA mengajak pemerintah daerah, pengelola kawasan, dan masyarakat desa untuk melihat hasil pemantauan situs melalui kegiatan diseminasi yang dilaksanakan di Kantor Dinas Perikanan Kabupaten Alor pada Senin (28/03). “Ini adalah hasil kerja sama kita dan menjadi tanggung jawab kita bersama,” ucap Wedi, koordinator program TAKA di Alor, saat memulai paparan dengan bercerita tentang proses instalasi dan perkembangan Situs Taman Bawah Laut Arca Moko.
Perkembangan situs menunjukkan adanya harapan untuk kesehatan ekosistem terumbu karang di Pulau Buaya. Selanjutnya tinggal bagaimana situs ini dijaga dan dikembangkan lebih lanjut. (Rizky Erdana)