Potret Mamalia Alor, Potensi Wisata yang Tersembunyi

Potret Mamalia Alor, Potensi Wisata yang Tersembunyi

Dengan keanekaragaman dan keindahan laut di Indonesia, seringkali kita mendengar dan melihat promosi wisata bawah laut, wisata pantai, snorkeling, diving, dan lain-lain. Tetapi, jarang sekali di Indonesia memperkenalkan tentang wisata mamalia laut. Perairan laut Indonesia menjadi salah satu jalur migrasi mamalia laut, sering kali ditemui migrasi paus, lumba-lumba dan sejenisnya. Sederhananya, mamalia laut merupakan hewan mamalia atau yang menyusui yang hidup  tau menghabiskan waktunya sebagian besar di laut.

Memangnya, apa yang membuat mamalia suatu hal yang unik?

Mamalia laut memiliki tubuh yang besar, bentuk dan corak yang beragam serta tingkah laku akrobatik sangat menarik untuk disaksikan.

Di beberapa daerah di Indonesia sudah menerapkan aktivitas wisata ini dan menjadi daya tarik bagi fotografer untuk mengabadikan momen tingkah laku biota laut raksasa ini. Salah satunya di Kepulauan Derawan, daya tarik wisatanya melihat hiu paus biasa mampir ke bagan nelayan untuk mencari makan, momen tersebut sering dimanfaatkan untuk wisata snorkeling dan menyelam.

Tidak seperti yang kita lihat di seaworld, taman hiburan maupun taman safari bahwa pertunjukan mamalia laut seperti lumba-lumba dan sejenisnya tergolong kedalam eksploitasi terhadap hewan liar. Mamalia laut yang hidup bermigrasi dari satu benua ke benua yang lain digambarkan hanya terkurung dalam kolam kecil untuk dinikmati pertunjukannya. Penelitian menunjukkan bahwa lumba lumba di alam liar mampu hidup sampai 50 tahun sedangkan dalam penangkaran atau taman hiburan hanya 5-10 tahun saja. Daripada eksploitasi mamalia laut dalam taman hiburan, mengamati secara langsung di alam liar dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi eksploitasi yang berlebihan. Selain itu, menurut Ben williamson eksekutif direktor dari World Animal Protection dilansir dari artikel National Geographic (baca: disini) bahwa ancaman terhadap cetacean yang sering diburu dapat digantikan dengan wisata mengamati mamalia laut. 

Adakah percontohan wisata kemunculan cetacean di negara lain?

Salah satu negara yang sudah menerapkan aturannya adalah Kanada. Salah satu spot yang terkenal untuk melihat paus dan lumba lumba di Muara St. Lawrence, dalam kawasan tersebut juga diatur tata cara berwisata untuk melihat atraksi cetacean. Aturan yang ditetapkan menurut Kementrian Kanada, jarak untuk mengamati tergantung dari kategori kelangkaan dan jenis dari paus atau lumba – lumba. Kategori yang terancam punah maksimal dengan jarak 400 m dan untuk yang tidak terancam maksimal 100 m, jarak pantauan disesuaikan untuk meminimalisir polusi suara yang dikeluarkan oleh kapal bermotor yang dapat mengakibatkan stres pada cetacean (baca: disini). Efek baiknya dapat memberikan niai tambah ekonomi masyrakat daerah sekaligus dapat memberikan edukasi kepada wisatawan tentang bagaimana pentingnya menjaga kelestarian cetacean di alam liar. Salah satu pegiat wisata paus di Portugal, membuat paket paketan khusus untuk mengamati kemunculan paus, berenang bersama lumba-lumba bahkan menyediakan paketan menjadi peneliti biologi laut tentang paus dalam waktu sehari (baca: disini). Beberapa paketan tersebut tentunya dapat diadopsi dan diterapkan di Indonesia yang memiliki potensi migrasi ratusan bahkan ribuan migrasi paus dalam setahun. 

Wisata pemantauan lumba-lumba di Portugal
(sumber: dolphinandwhaleconnection.com)

Indonesia menjadi salah satu potensi yang besar untuk wisata kemunculan cetacean. Salah satunya berlokasi di Kabupaten Alor tepatnya di sebelah utara Desa Delaki, yakni lokasi migrasi paus pilot. Hal ini dibuktikan oleh tim TAKA yang menemukan segerombolan paus pilot (Globicephala) saat kegiatan pemantauan RUM (Resources Use Monitoring) dalam KKP SAP Selat Pantar dan Sekitarnya. Sewaktu pemantauan diperkirakan adanya ratusan ekor paus pilot yang terlihat dan melintasi disekitar lokasi tersebut. Meskipun demikian, potensi yang dapat dimanfaatkan tentu harus didukung oleh sumberdaya manusia yang mumpuni dan aturan yang ketat untuk terjun dan meneruskan bidang wisata yang berkaitan dengan cetacean.

Bagaimana dengan kamu, apakah kamu mengetahui lokasi tempat migrasi mamalia laut yang lain?

(Rizky Erdana)

%d blogger menyukai ini: