Ekowisata Menjadi Peluang Lapangan Pekerjaan Baru
Desa Pulau buaya merupakan salah satu pulau kecil yang ada di Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Selat Pantar, Alor yang sangat bergantung dengan sumberdaya laut. Mayoritas penduduk Desa Pulau Buaya sendiri memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan pekerjaan sampingan sebagai peternak kambing. Nelayan di Desa Pulau Buaya masih bergantung pada penggunaan alat tangkap tradisional seperti pancing dan bubu. Pemanfaatan potensi sumberdaya alam sejauh ini masih berfokus pada pemanfaatan secara ekstraktif atau secara langsung (penangkapan ikan).
Walaupun pariwisata di KKP Selat Pantar sendiri sudah mulai berkembang, belum ada programpemerintah yang menyasar kepada potensi pariwisata di Desa Pulau Buaya; baik dari segi sumber daya manusia maupun keberadaan fasilitas pendukung. Padahal Pulau Buaya memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk sektor pariwisata. Hal inilah yang kemudian mendasari Yayasan TAKA untuk mengambil langkah awal dalam mendukung pengembangan pariwisata di Desa Pulau Buaya.
Penguatan sumber daya manusia dalam sektor pariwisata di Desa Pulau Buaya
Potensi keindahan laut di sekitar Pulau Buaya membuka peluang untuk wisata snorkeling. Pada 8-9 Maret 2022, TAKA memfasilitasi pelatihan pemandu wisata snorkeling kepada kelompok di Desa Pulau Buaya. Pelatihan yang dilakukan bertujuan untuk membuka wawasan dan meningkatkan kapasitas masyarakat agar mau mencoba untuk membuka lapangan pekerjaan dan mata pencaharian alternatif di bidang pariwisata. Pelatihan pemanduan wisata snorkeling melibatkan narasumber dari Yayasan WWF Indonesia, Nautika Dive Alor, Dinas Pariwisata Alor dan Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur (KCDKP-NTT) Wilayah Kerja Kabupaten Alor.
Setelah pemberian materi, para peserta langsung melakukan simulasi pemanduan wisata snorkeling di lokasi wisata Taman Bawah Laut Arca Moko. Peserta pelatihan mendapatkan materi tentang tata cara pembuatan paket wisata, simulasi lapangan menjadi pemandu snorkeling serta penerapan keselamatan dan keamanan di lapangan. Kegiatan ini dihadiri oleh masyarakat Pulau Buaya sebanyak 5 orang dan beberapa diantaranya termasuk ke dalam anggota POKMASWAS (Kelompok Masyrakat Pengawas) dan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa).
Peserta Memetakan Potensi Wisata di Desa Pulau Buaya
Sebagai tindak lanjut kegiatan pelatihan, peserta bersama-sama memetakan potensi wisata laut dan darat yang ada di Pulau Buaya. Hasilnya adalah untuk mengembangkan paket wisata. Untuk snorkeling sendiri, peserta sepakat bahwa terdapat dua lokasi utama di Desa Pulau Buaya, yaitu: Taman Bawah Laut Arca Moko (yang merupakan situs rehabilitasi terumbu karang baca disini) dan Mulut Buaya. Mulut Buaya sendiri merupakan situs penyelaman favorit penyelam untuk melihat keindahan ekosistem terumbu karang. Aspek budaya di Desa Pulau Buaya juga menjadi poin menarik. Desa ini terkenal di antara desa penghasil kain tenun di Alor. Berbagai motif kain yang dibuat merupakan khas budaya dan keindahan alam di Alor. Maka Pulau Buaya dapat menawarkan tidak hanya wisata alam, namun juga wisata budaya.
Pengembangan pariwisata ini bisa bermanfaat secara langsung bagi perekonomian masyarakat desa, baik dari pelaku utama seperti pemandu wisata, penyedia jasa kapal, penyedia makanan khas Alor, maupun masyarakat yang menyediakan souvenir unik dari pulau, termasuk kerajinan kain tenun. Potensi wisata Pulau Buaya divisualisasikan dalam brosur paket wisata yang dapat diakses disini.
Peserta pelatihan diharapkan bisa menjadi aktor utama yang terus mengembangkan pariwisata di Pulau Buaya. Berdasarkan hasil diskusi lebih lanjut, direncanakan bahwa pengembangan pariwisata di desa ini adakan di bawah kelompok BUMDES (Badan Usaha Milik Desa). Dengan partisipasi aktif dari masyarakat dan didukung oleh pengelolaan yang baik, diharapkan sektor pariwisata di Desa Pulau Buaya dapat berkontribusi langsung kepada ekonomi masyarakat.
Bersinergi Bersama dalam Pengembangan Pulau Buaya
Mengingat potensi yang dimiliki, dibutuhkan pengembangan pariwisata tingkat lanjut. Tidak hanya snorkeling, namun wisata di kawasan darat (bukit dan pantai) dan laut (ekosistem terumbu karang, mamalia laut) di Pulau Buaya harus bisa diakomodir. Kegiatan pengembangan ini tentu harus didukung oleh semua pihak termasuk oleh pemerintah dan mitra terkait lainnya. Dengan kolaborasi, pariwisata di Pulau Buaya dapat berkembang, khususnya dari segi sumber daya manusia sebagai pelaku pariwisata dan fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan pariwisata (Wedi Andika)