Mengintip Keseruan Pelatihan Berbicara dan Administrasi Forkom Nelangsa Jepara

Mengintip Keseruan Pelatihan Berbicara dan Administrasi Forkom Nelangsa Jepara

Forkom Nelangsa adalah wadah aspirasi bagi nelayan rajungan

Forum Komunikasi Nelayan Rajungan Nusantara terbentuk pada tahun 2020 yang difasilitasi oleh SFP (Sustainable Fisheries Project). Pembentukan Forkom diinisiasi sebagai wadah aspirasi bagi nelayan rajungan dalam upaya pengelolaan rajungan yang berkelanjutan di Indonesia. Forkom tersebar di beberapa wilayah atau yang disebut “simpul” diantaranya Jepara, Lampung dan Demak, Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Sebagai wadah aspirasi nelayan, Mustain selaku ketua Forkom Pusat menuturkan bahwa, “Aspirasi nelayan perlu disampaikan melalui perwakilan daerah (simpul) kepada forkom pusat untuk dapat meningkatkan taraf hidup nelayan dan kelestarian rajungan yang ada di Indonesia, rajungan juga merupakan hasil tangkapan yang memiliki harga ekonomis yang tinggi, untuk menjaga kestabilan tersebut diperlukan adanya wadah untuk sesama nelayan, pemerintah dan mitra lainnya  dapat terlibat untuk bersinergi satu sama lain”.

Berangkat dari ide dan permasalahan tersebut terbentuklah Forkom di beberapa daerah. Nelayan Forkom simpul Jepara salah satunya memiliki keresahan terhadap berbagai permasalahan terhadap penangkapan rajungan. Heri Mulyono sebagai ketua Forkom simpul Jepara menyatakan, “Nelayan rajungan umumnya menangkap dengan alat tangkap yang ramah lingkungan seperti bubu dan jaring, tetapi permasalah di lapangan adalah banyak nelayan lain yang menggunakan cantrang yang masuk dalam area tangkapan nelayan rajungan yang menyebabkan hilangnya dan rusaknya alat tangkap nelayan rajungan”.

Selain itu permasalahan lainnya adalah nelayan rajungan yang terkendala modal untuk memperbaiki alat tangkap dan menambah perbekalan untuk melaut harus melakukan peminjaman kepada pengepul rajungan. Dengan adanya pinjaman, nelayan harus menyetor hasil tangkapan kepada pengepul yang dipinjami modal dengan adanya pemotongan dari harga rajungan yang disetorkan.

Permasalahan terkait utang-piutang dari pengepul yang membuat nelayan sulit untuk lepas, membuat Forkom simpul Jepara memiliki mimpi yang besar untuk mendirikan sebuah koperasi mandiri yang dapat mendukung dari keberlangsungan nelayan rajungan. Menurut Mustain, “Pembentukan koperasi mandiri akan mendukung nelayan rajungan dengan memberikan jaminan kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan dan bantuan untuk nelayan yang mau bergabung dengan koperasi mandiri untuk menyetorkan hasil tangkapannya”. Selama ini belum ada kelompok/pengepul yang menyediakan BPJS Ketenagakerjaan untuk nelayan rajungan di Jepara apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat melaut.

Kekuatan kelembagaan dibutuhkan untuk mengembangkan kelompok

Dengan mimpi yang besar tentunya harus diseimbangkan dengan sumberdaya yang memadai, untuk itu Yayasan TAKA mengadakan pelatihan administrasi dan teknik public speaking untuk mewujudkan mimpi dari Forkom tersebut.

Maula Nadia, selaku perwakilan Yayasan TAKA, menyampaikan bahwa, “Pelatihan administrasi terutama surat menyurat sangat penting untuk dilakukan sebagai sarana untuk berhubungan antara Forkom dengan pihak eksternal dalam menjalin kerjasama suatu saat nanti. Sedangkan, manajemen keuangan organisasi penting untuk mengelola keuangan kelompok secara benar. Tentunya teknik public speaking sangat dibutuhkan apabila suatu saat nanti perwakilan nelayan Forkom simpul Jepara dalam memasarkan program Forkom”.

Kegiatan berlangsung pada tanggal 12-13 Maret 2022 di Sekretariat Forkom Jepara, Kabupaten Demaan yang diikuti sebanyak 10 orang. Kegiatan ini dibagi menjadi dua sesi agar terfokus pada materi dari topik yang disampaikan yaitu sesi teori administrasi dan sesi praktik presentasi.

Pelatihan administrasi dibagi menjadi dua materi yaitu pembuatan surat dan manajemen keuangan kelompok. Pelatihan diikuti secara seksama oleh nelayan dengan langsung mencoba menggunakan aplikasi Microsoft Word untuk pembuatan surat resmi dimulai dari kop surat, isi, dan penutup. 

Wisnu Irawan selaku sekretaris Forkom Jepara menyampaikan kegembiraan bisa untuk mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kapasitas nelayan kedepannya. “Penggunaan teknologi merupakan hal yang harus dikuasai karena Forkom memiliki mimpi yang besar untuk dapat terus berkembang kedepannya dan dengan latihan ini agar nelayan terbiasa untuk menggunakan perangkat teknologi”.

Manajemen keuangan juga merupakan hal yang penting dalam keberlangsungan dalam organisasi. Walaupun sudah beberapa nelayan yang melakukan pencatatan keuangan, pada pelatihan ini diperkenalkan pentingnya dan teknik pencatatan keuangan menggunakan aplikasi seperti Microsoft Excel dan aplikasi android ‘Catatan Keuangan’. Menurut Nurcholis selaku Bendahara, “Pencatatan keuangan menggunakan aplikasi lebih praktis dan menghemat waktu, untuk itu sangat bermanfaat untuk diterapkan dan latihan lebih untuk menguasai”.

Pelatihan administrasi ini lebih ditekankan untuk mengetahui hal dasar sebagai bekal kepada anggota dalam menjalankan sistem administrasi sesuai kebutuhan Forkom kedepannya.

Berbicara di depan publik adalah skill yang harus terus dilatih dan diasah

Materi pelatihan teknik berbicara di depan publik (public speaking) menitikberatkan praktik langsung dalam menyampaikan isi presentasi di depan anggota Forkom lainnya. Selama pelatihan berlangsung, para anggota cukup antusias mencoba presentasi satu per satu untuk maju kedepan dalam menyampaikan perkenalan tentang Forkom Nelangsa. Meskipun pertama kali dalam mencoba presentasi secara langsung, sebagian besar anggota Forkom sudah berani dan cukup bagus dalam penyampaian materi selama praktik berlangsung. Para anggota yang lain, sebagai penonton, turut ikut andil dalam memberikan pertanyaan selama presentasi terkait materi yang disampaikan selama presentasi berlangsung.

Hari Mulyono selaku ketua Forkom simpul Jepara menyampaikan bahwa, “Pelatihan ini dapat membuat anggota Forkom semakin maju kedepannya. Awalnya masih takut untuk berbicara di depan umum, karena gugup tidak terbiasa membawakan materi. Ternyata setelah dicoba untuk presentasi pertama kali, rasa gugup pasti ada, tapi rasa gugup tersebut harus dikendalikan supaya apa yang saya ingin sampaikan nantinya dapat diterima oleh pendengar. Berawal dari pelatihan ini, kami bisa berlatih dengan mencoba kembali dengan anggota Forkom lainnya pada saat waktu senggang” (Rizky Erdana)


%d blogger menyukai ini: