Mengenal IMTA: Integrated Multi-Trophic Aquaculture

Mengenal IMTA: Integrated Multi-Trophic Aquaculture

Integrated Multi-Trophic Aquaculture (IMTA) adalah sistem budidaya perikanan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Sistem ini menggabungkan berbagai jenis organisme yang menempati tingkatan trofik berbeda dan membentuk hubungan saling menguntungkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas budidaya. Sistem IMTA memberikan dampak positif bagi ekosistem perairan karena menerapkan konsep zero waste, yakni pemanfaatan limbah oleh spesies lain serta mendorong laju pertumbuhan spesies dan berpotensi meningkatkan keuntungan ekonomi. 

Sistem IMTA menerapkan praktik daur ulang produk sampingan spesies melalui integrasi antara spesies akuakultur yang diberi pakan, misalnya ikan lele (Clarias sp), salmon (Oncorhynchus sp), belanak (Mugil sp), dan sebagainya mengeluarkan limbah yang kemudian akan dimanfaatkamm oleh spesies akuakultur ekstraktif organik, misalnya moluska, krustasea, kerang, dan ikan herbivora; serta spesies ekstraktif anorganik, misalnya rumput laut (Ulva spp, Gracilaria sp, Porphyra sp, dan sebagainya).

Gambar 1. Konsep standar Integrated Multi-Trophic Aquaculture System (Ranjan et al., 2023)

Gambar 1 mengilustrasikan penerapan standar sistem IMTA di perairan tawar dan pesisir. Hubungan timbal balik antara berbagai tingkat trofik dimulai dalam zona nutrisi tempat spesies yang diberi pakan dibudidayakan, yang mengarah pada pengayaan air dengan nutrisi baik dalam bentuk partikulat maupun terlarut. Air yang diperkaya nutrisi ini selanjutnya bergerak menuju area tempat spesies ekstraktif berada. Pada langkah berikutnya, spesies invertebrata menyaring nutrisi dalam bentuk bahan organik partikulat (POM). Akhirnya, produsen primer, terutama rumput laut, berperan dalam menghilangkan nutrisi anorganik terlarut (seperti amonium dan fosfat) dari ekosistem. Spesies ekstraktif berperan penting dalam mengurangi limbah beban nutrisi dengan menahan dan mengonsumsi bahan organik partikulat kecil (POM) yang tersuspensi.

Gambar 2. Diagram Sistem Integrated Multi-Trophic Aquaculture serta gambaran interaksi spesies antartrofik di ekosistem akuakultur (Zhang et al., 2016)

Beberapa danpak positif dan manfaat penerapan sistem IMTA bagi budidaya perikanan berkelanjutan diantaranya yakni: upaya mitigasi limbah secara biologis dengan biofilter yang menyesuaikan lokasi akuakultur; meningkatkan keuntungan ekonomi dari perdagangan produk sampingan yang turut dibudidayakan; mendorong pertumbuhan ekonomi lokal; upaya manajemen penyakit karena beberapa spesies rumput laut dapat mencegah penyakit pada ikan.

Gambar 3. Penerapan IMTA (Integrated Multi-Trophic Aquaculture) di ekosistem perairan (Copyright © 2025 Sturgeon Industry Alliance of America).

Sistem IMTA juga sudah mulai diterapkan di Indonesia, beberapa diantaranya yakni budidaya metode rawai (longline) pada sistem IMTA di Teluk Gerupuk, Lombok Tengah, NTB untuk komoditas rumput laut jenis Kappaphycus alvarezi dan Eucheuma spinosum yang memberikan hasil peningkatan produksi biomassa serta penyerapan nitrogen fosfor sehingga mampu memperbaiki kualitas lingkungan; budidaya perikanan terpadu komoditas lele (Clarias sp) dan nila (Oreochromis niloticus) dengan memanfaatkan tumbuhan mata lele (Lemna perpusilla) sebagai agen fitoremidiasi dan pakan alami di lokasi Pusat Penelitian Limnologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bogor; budidaya komoditas ikan baronang (Siganus sp) dan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) dengan sistem IMTA di Selat Zhonegat, Banda Naira, Maluku dan membuktikan bahwa tidak terjadi kerusakan terumbu karang ketika dilakukan budidaya sistem IMTA.

Penulis : Baramukti Permatasari 

Penyunting : Nindi Putri Dwi Wardani

Referensi :

Saimima et al. (2020). Penerapan Sistem IMTA di Banda Naira. Jurnal Ilmu Perikanan dan Masyarakat Pesisir, 6(2), 19–28.
Yuniarsih et al. (2014). Budidaya Rumput Laut berbasis IMTA di Teluk Gerupuk. Jurnal Riset Akuakultur, 9(3), 487–500.
Cahya et al. (2021). Review: IMTA dan Polikultur di Indonesia. Torani Journal of Fisheries and Marine Science, 3(1), 72–85.
Ranjan et al. (2023). Traditional & Recent Aquaculture Practices. AkiNik Publications.
Zhang et al. (2016). Modeling Design IMTA. Mitigation and Adaptation Strategies for Global Change, 21, 1247–1261.

%d blogger menyukai ini: