Mengenal Pulau Buaya yang unik
Pulau Buaya merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sesuai namanya, pulau ini memiliki bentuk yang unik menyerupai bentuk buaya dengan total luas sebesar 32 Hektar. Wilayah ini termasuk ke dalam Kawasan Konservasi di Perairan di Wilayah Kepulauan Alor pada Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Peningkatan Penggunaan Rockpile di Tahun 2023
Upaya rehabilitasi terumbu karang di sekitar area tersebut sudah berjalan sejak tahun 2021 hingga 2023 melalui hibah Burung Indonesia dalam Program CEPF Wallacea. Lokasi rehabilitasi ini dikenal dengan Taman Bawah Laut Arca Moko dengan luasan wilayah 75m2 lalu ditambah dengan instalasi batu kapur, hexadome dan mini layer cake reef pada tahun 2023 sehingga luasannya menjadi 150 m2. Penambahan luasan ini dikarenakan terlihat adanya perkembangan yang baik dari pertumbuhan karang dan ikan-ikan yang mulai muncul kembali sejak dilakukannya proses instalasi.
Gambar 2. Keadaan pecahan karang yang mulai ditumbuhi oleh alga (kiri); Keadaan karang setelah 2 tahun berjalannya proses rehabilitasi (kanan)
Apa itu Rockpile?
Rockpile merupakan salah satu metode yang biasa digunakan untuk merehabilitasi terumbu karang secara alami menggunakan batu kapur. Batu kapur atau kalsium karbonat (CaCO3) memiliki peran penting bagi terumbu karang untuk membangun rangka dan mempercepat pertumbuhan serta memberikan perlindungan alami terhadap erosi akibat gelombang laut dan badai. Kelebihan lain dari metode rockpile ini yaitu tergolong sederhana, mudah untuk ditemukan karena ketersediaannya di alam, mudah untuk diimplementasikan oleh masyarakat lokal, cocok sebagai media alami bagi terumbu karang, serta dapat melindungi terumbu karang dari kerusakan akibat tumbukan ombak dan abrasi.
Apakah selama 2 tahun, upaya Rockpile membuahkan hasil?
Untuk melihat perkembangan karang yang tumbuh, diperlukan monitoring setiap 6 bulan pasca proses instalasi batu kapur. Upaya rehabilitasi terumbu karang menggunakan rockpile sejak tahun 2021 telah membuahkan hasil. Hal ini dikarenakan ditemukan adanya karang keras, karang lunak, dan substrat lain (alga kapur), spons, ascidian dan hydroid. Persentase karang keras pada rockpile mengalami kenaikan dari 3,7 % menjadi 18,84%, dimana lifeform karang keras didominasi oleh coral encrusting lalu acropora branching dan coral branching dengan genus pocillopora, acropora, seriatopora dan porites. Rata-rata pertumbuhan juvenile karang di batu kapur/rockpile dalam rentang 2 tahun (2021 – 2023) yaitu sebesar 3,3 cm.
Gambar 4. Pengukuran juvenile karang keras dengan menggunakan jangka sorong (Rizky Erdana/TAKA)
Ditemukan pula ikan karang yang berasosiasi dengan situs rehabilitasi seperti ikan damsel, ikan kaok/kerapu, ikan goto (Elagatis bipinnulata), dan hiu. Hasil pengamatan ikan karang menunjukkan pada titik rehabilitasi memiliki 14 jenis famili ikan, 48 jenis spesies dan 455 individu. Hal ini menunjukkan bahwa pada titik rehabilitasi keberadaan ikan sudah lebih banyak. Kelimpahan ikan karang pada titik rehabilitasi didominasi oleh famili Pomacentridae sebesar 5942,86 ind/ha. Ada tiga jenis ikan karang sesuai dengan fungsinya dan pemanfaatannya pada ekosistem terumbu karang yaitu ikan mayor (pomacentridae, tetraodontidae, labridae), ikan indikator (Chaetodontidae) dan ikan target/ekonomis penting (ikan kerapu, kakap, ikan mata goro/elagatis bipinnulata, dan botana/acanthuridae).
Adapun substrat lainnya seperti pecahan karang/rubble sebesar 17,5%, rock/batu 23,3% serta Coralline algae sebesar 26,2%. Persentase Coralline algae yang tinggi turut membantu dalam menciptakan pembentukan substrat yang lebih baik dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas substrat bagi pertumbuhan karang dalam metode rockpile.
Rockpile sebagai salah satu metode alternatif yang cukup efektif
Instalasi terumbu karang buatan dengan menggunakan metode rockpile dengan bahan batu kapur di Pulau Buaya setelah 2 tahun menunjukkan hasil yang lebih baik dari segi tutupan karang, kelimpahan ikan dan jumlah juvenile karang. Metode rockpile terbukti merupakan salah satu metode alternatif yang cukup efektif dalam merehabilitasi terumbu karang.
Efektifitas dan keoptimalan penggunaan rockpile dapat bervariasi bergantung kepada faktor kualitas perairan seperti arus, kedalaman, kecerahan, dan kemiringan. Instalasi rockpile perlu dilakukan pada perairan dengan ruang yang cukup dan topografi yang landai untuk mencegah rusaknya atau hilangnya rockpile akibat kemiringan yang curam disertai arus yang kuat. Kondisi arus juga sangat berperan penting dalam membantu penyebaran juvenile dan membawa makanan bagi terumbu karang. Kedalaman instalasi juga perlu mempertimbangan faktor penetrasi cahaya matahari yang masuk ke perairan untuk mengoptimalkan rockpile. Sehingga penggunaan rockpile pada Pulau Buaya terbilang cukup efektif dan optimal dikarenakan kualitas perairan pada Pulau Buaya sangat cocok dengan metode ini.
Tidak kalah penting yaitu diperlukan monitoring dan perawatan secara berkala seperti memantau kesehatan karang, pertumbuhan alga, kepadatan populasi biota laut, stabilitas struktural rockpile, serta edukasi kepada masyarakat setempat. Dalam hal ini, peran Pokmaswas terhadap rockpile dinilai cukup penting dikarenakan bertugas untuk memantau, mengingatkan, dan melaporkan apabila terdapat aktifitas pada lokasi rehabilitasi. Proses monitoring dan perawatan oleh Pokmaswas diharapkan dapat menjaga lokasi Taman Bawah Laut Arca Moko sebagai pariwisata bahari Pulau Buaya.
Hal ini juga disampaikan oleh Nurdin Kasim selaku Ketua Pokmaswas, “Dulu di lokasi rockpile yang terkena bekas bom mengakibatkan banyak karang yang hancur sehingga ikan-ikan menjadi sedikit yang masih bermain disitu. Setelah dibuat rockpile, ikan-ikan sudah mulai ramai berdatangan. Walupun memang butuh waktu bagi si ikan, namun dapat dilihat sudah banyak nelayan yang mulai memancing, atau meletakkan bubu dekat rockpile. Tetapi dari warga Pulau Buaya berpesan juga untuk saling memantau rockpile supaya tidak dirusak sama orang, upaya itu yang dilakukan oleh Pokmaswas. Terlebih lagi karang ini tumbuhnya lama tidak bisa seinstan kita buat mi instan, harapannya seluruh warga dapat tahu fungsi si karang ini”
(Afidhah Puspita Widyani)