Di Antara Fashion dan Lingkungan

Di Antara Fashion dan Lingkungan

Fashion bukanlah suatu hal yang asing. Setiap hari saat kita memilih pakaian untuk digunakan, itu termasuk memikirkan fashion juga bukan? Ternyata fashion tidak hanya merujuk ke tata busana, namun juga ke satu industri besar yang memiliki hubungan erat dengan laut.

PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa / United Nations) mengungkap bahwa industri fashion menempati posisi kedua sebagai industri yang paling berpolusi. Industri ini menyumbang 8% dari seluruh emisi karbon dan 20% dari air limbah global. Emisi karbon yang dihasilkan oleh industri ini bahkan lebih banyak dibandingkan dengan gabungan emisi karbon dari penerbangan internasional dan pelayaran. Setiap tahunnya, industri fashion serta menghabiskan sekitar 93 miliar meter kubik air.

Seiring meningkatnya permintaan akan pakaian di seluruh dunia, industri fashion mengalami pertumbuhan yang pesat. Dalam 15 tahun terakhir, produksi pakaian berlipat ganda dan terhitung sekitar 60% dari seluruh produk tekstil. Hal ini mendorong munculnya fast fashion. Selain itu, alih-alih sebagai pelindung tubuh, fungsi pakaian berubah penanda status sosial dalam masyarakat. Sering bergantinya tren mode membuat konsumen juga sering mengganti koleksi busana mereka, sehingga semakin banyak pakaian yang berakhir menjadi limbah. Minimnya pengetahuan tentang dampak negatif terhadap lingkungan dari industri fashion menjadi salah satu faktor pendorong maraknya fast fashion.

Fast fashion adalah produksi pakaian secara cepat dan banyak

Fast fashion merujuk pada proses produksi pakaian secara cepat, secara massal, dan dibuat dengan mesin. Pakaian ini cenderung murah dan trendi (mengikuti tren terbaru). Fast fashion merupakan model bisnis yang membuat sebanyak mungkin koleksi busana dan membawanya secepat mungkin ke pasar. Biasanya pakaian yang dibuat mengikuti tren popular di kalangan selebriti dan desainer lalu ditiru dalam waktu sesingkat mungkin

Kalau ada Fast Fashion, apakah ada Slow Fashion

Berkebalikan dengan fast fashion, slow  fashion tidak bergantung pada perubahan tren mode. Slow fashion mengutamakan kualitas dibanding kuantitas sehingga menghasilkan produk yang dapat bertahan lama dan minim limbah. Industri ini tidak bersifat musiman, membutuhkan waktu lebih lama dalam persiapan dan produksinya, dan biasanya melibatkan 3 langkah berikut:

  • Perencanaan: Berasal dari sumber yang berkelanjutan, melibatkan praktik ekologi dan beretika
  • Pembuatan: Mengutamakan kualitas dan craftmanship
  • Pemakaian: Berumur panjang dan sebagai investasi berkelanjutan

Limbah industri fashion berdampak buruk terhadap lingkungan dan laut

Proses produksi tekstil dan pakaian menghasilkan serat mikro (microfibers). Sejumlah 1/2 juta ton serat ini lepas dan berakhir di lingkungan selama proses pemakaian dan pencucian pakaian. Serat khususnya dari bahan non-biodegradable (tidak dapat terurai secara alami) seperti PET, nilon, akrilik, dan elastane menjadi berbahaya untuk lingkungan. Serat dari pakaian poliester dapat meningkatkan jumlah plastik di laut. Akibat ukurannya yang kecil, serat dapat dimakan oleh makhluk kecil seperti plankton dan masuk ke dalam rantai makanan, hingga manusia! 

Pencemar air utama dari industri fashion berasal dari proses pewarnaan dan finishing.. Bahan kimia dari limbah hasil produksi industri fashion dapat membahayakan lingkungan, apalagi jika dibuang secara langsung ke laut atau sungai, tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Limbah tekstil yang mengandung logam berat dapat dapat mencemari lingkungan perairan dengan proses pengenceran, pengendapan, dan dispersi, lalu kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan. Cemaran logam berat mampu menyebabkan kekurangan oksigen untuk para penghuni perairan.

Mendaur ulang dan penggunaan kembali pakaian dapat berkontribusi mengurangi limbah industri fashion

Saat ini sudah mulai muncul banyak gerakan untuk mendaur ulang (upcycle) dan juga menggunakan kembali (reuse) pakaian. Gerakan ini muncul dengan berbagai inovasi, termasuk saling bertukar pakaian hingga karya-karya busana dengan memisahkan dan menggabungkan pakaian lama. Dengan besarnya dampak industri fashion terhadap lingkungan, kita harus lebih cermat lagi dalam berbelanja. Kita dapat memulai dengan mendukung produk-produk yang minim dampak terhadap lingkungan (Mima Ratna Maya)

Saksikan Bintang Laut Episode 17 dimana TAKA berdiskusi dengan Komunitas Tukar Baju tentang isu ini. Tonton disini!


Sumber

%d blogger menyukai ini: