Aksi Nelayan Jepara dalam Melestarikan Rajungan

Aksi Nelayan Jepara dalam Melestarikan Rajungan

Saat ini kepiting rajungan (Blue Swimming Crab) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Permintaan yang tinggi baik dari pasar lokal maupun internasional menjadikan rajungan salah satu target perikanan tangkap, terutama di pesisir pantai utara Jawa, diantaranya Demak, Jepara, Rembang, Pati, dan Pekalongan. Kebanyakan rajungan yang dipasarkan berasal dari hasil tangkapan. 

Kegiatan penangkapan yang dilakukan secara terus menerus tanpa ada pengelolaan, akan berdampak buruk terhadap stok rajungan di alam. Hal ini ditambah lagi oleh bahwa beberapa nelayan rajungan di Jepara masih menggunakan alat yang tidak ramah lingkungan. “Di Jepara beberapa nelayan banyak yang pake alat ramah lingkungan seperti bubu dan jaring, tetapi yang meresahkan ada yang pakai jaring arad, jaring arad itu bisa nangkap bukan hanya rajungan yang kecil kecil sampai rajungan bertelur itu keambil semua, juga bikin bubu terseret hilang juga”, ujar Aris, seorang nelayan rajungan yang terus mendapatkan imbas buruk dari penggunaan alat tangkap arad nelayan lain. Aris adalah salah satu nelayan rajungan yang menggunakan alat tangkap bubu (semacam perangkap). Alat tangkapnya sering hilang akibat terseret oleh arad. Oleh karena itu, banyak kerusakan dan kerugian yang dialaminya.

Nelayan Jepara terus berjuang melawan praktik perikanan yang tidak ramah lingkungan

Para nelayan di Jepara tidak semerta-merta membiarkan praktik perikanan yang tidak ramah lingkungan terus terjadi. Beberapa diantaranya menjadi penggerak dalam gerakan pelestarian rajungan. Mereka sadar tentang ancaman terhadap keberlanjutan sumber daya rajungan, jika penangkapan terus dilakukan dengan cara yang tidak ramah lingkungan dan merusak ekosistem. Salah satu ancamannya adalah penangkapan rajungan yang bertelur. Karena tidak memberikan kesempatan rajungan untuk berkembang biak. Jika ini terus terjadi, jumlah rajungan di alam akan menurun tanpa ada regenerasi. “[Tugas nelayan] tidak hanya menangkap saja, tapi harus ada solusi yang ditemukan [agar] rajungan ini tetap terus dapat dimanfaatkan. Rajungan yang bertelur tentu harganya lebih mahal, karena timbangannya lebih berat dan banyak yang suka telur rajungan, namun hal ini tidak baik”, ungkap Mustain selaku Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Berkah Samudera. 

Mustain bercerita kegiatan restocking rajungan sudah dilakukan sejak tahun 2007, sebelum pembentukan KUB. Rajungan bertelur yang ditangkap dikumpulkan ke dalam kontainer kecil, lalu dibiarkan sampai telurnya terlepas kembali ke alam. Berkat sosialisasi kepada sejumlah nelayan, banyak yang ikut serta dengan memberikan rajungan bertelur dari hasil tangkapannya.  Konsep restocking ini sudah diikuti oleh beberapa nelayan sekitar Kabupaten Jepara dan beberapa daerah lain seperti Madura, Rembang dan Demak.

Tempat karantina rajungan dibuat di Pulau Panjang, Jepara dan ada beberapa di depan rumah nelayan secara langsung. “Jadi setiap pulang dari melaut biasanya saya suka memasukkan rajungan bertelur di tempat karantina agar rajungan tersebut aman dan berkembang telurnya. Sengaja lokasinya dibuatkan dekat dengan rumah agar banyak nelayan lain yang mencontoh” ujar Heri, salah satu nelayan rajungan yang turut mendukung konsep restocking ini.

Perjuangan pelestarian rajungan tentu tidak selalu mulus

Proses pelestarian rajungan dilakukan secara bersama dengan melibatkan beberapa nelayan dan didukung oleh Penyuluh Perikanan Jepara. Walaupun begitu, beberapa kendala masih sering ditemui. “Beberapa rajungan bertelur ada yang dicuri, dengan alasan karena rajungan yang bertelur punya harga yang lebih mahal. Selain itu yang bisa berdampak adalah cuaca. Cuaca yang dapat mempengaruhi gelombang dan dapat merusak pagar jaring karantina jadi semua tempat kontainernya bisa saja hilang dan hanyut”, cerita Mustain. Hal yang sama diungkapkan oleh Heri, “terkadang tempat karantina yang sudah jadi sering hancur karena efek dari gelombang yang kuat akibat pergerakan cuaca yang kadang tidak menentu. Penempatan lokasi karantina rajungan harus mencari tempat yang aman terhindar dari geombang tapi masih memungkinkan untuk rajungan tetap hidup secara alami”.

Karantina Rajungan di Pulau Panjang (Sumber : Mustain/KUB Berkah Samudera)

Hasil sudah dirasakan oleh para nelayan

“Beberapa waktu setelah pembuatan tempat karantina [hasil sudah] lumayan terasa karena nelayan tidak perlu terlalu jauh untuk mencari rajungan. Hanya 1-2 mil saja lebih dekat dengan pinggir laut. Tetapi itu tetap membutuhkan usaha yang lebih baik lagi untuk rajungan dapat lestari”, ujar Mustain. Dukungan dari nelayan rajungan lain dibutuhkan untuk sama-sama melakukan kegiatan restocking rajungan.  Menjaga telur rajungan secara langsung mendukung pelestarian rajungan, tidak hanya untuk menjaga stok rajungan, namun juga dapat meningkatkannya. Saat stok atau jumlah rajungan bertambah, harapannya nelayan tidak perlu terlalu jauh untuk menangkap rajungan. Hal ini tentu akan mengurangi biaya produksi nelayan. 

Secara bersama-sama melakukan restocking akan membantu rajungan tetap lestari dan tentu hasilnya akan kembali kepada para nelayan rajungan juga (Rizky Erdana).

%d blogger menyukai ini: