Tren Plastik di Cafe Semarang

Tren Plastik di Cafe Semarang

Selama Bulan April 2019, Yayasan TAKA melakukan survey pada cafe-cafe di Kota Semarang, khususnya kawasan Tembalang. Kami mengkaji tentang tren penggunaan plastik sekali pakai di salah satu bagian sektor kuliner Kota Semarang. Kami juga ingin mengetahui tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahayanya plastik sekali pakai untuk lingkungan. 

Survey dengan interview dilakukan kepada 10 owner ataupun manager cafe secara langsung untuk mengetahui produksi dan konsumsi sampah plastik sekali pakai beserta tentang metode pengolahan sampah yang digunakan dalam pengolaan cafe tersebut. Survey juga dilakukan kepada 100 konsumen-konsumen cafe untuk mengetahui tren penggunaan plastik.
Hasil menunjukan bahwa produk plastik sekali pakai digunakan di semua cafe. Dari peralatan makanan, wadah makanan minuman, kantong plastik, dan yang paling terkenal di isu sampah saat ini: sedotan! 9 dari 10 cafe masih menggunakan sedotan plastik. Jumlahnya juga tidak sedikit, rata-rata cafe memasok hingga 860 buah setiap bulannya.
Ada beberapa cafe yang tidak langsung memberikan sedotan, mereka menawarkan atau pun membiarkan para konsumen atau pelanggan mengambil sendiri (self service). Maka para pelanggan masih memiliki kebebasan memilih untuk memakai sedotan atau tidak. Namun, ada cafe yang langsung memberikan di dalam minuman untuk para pelanggan.

Proses pengolahan sampah tidak kalah penting dengan konsumsi atau penggunaan plastik itu sendiri. Kenapa? Karena tanpa pengolahan sampah yang baik, sampah akan hanya menjadi bahan pencemar lingkungan. Padahal dengan pengolahan yang benar, sampah bisa berguna dan memiliki nilai ekonomis.

Proses pengolahan diawali dengan pemilahan sampah. 2 dari 10 cafe sudah melakukan tahap ini. Pemilahan penting dilakukan karena setiap jenis sampah memiliki perlakuan yang berbeda untuk pengolahannya. Contohnya sampah sisa makanan dan botol plastik pasti beda cara pengolahannya kan? Sisa makanan (sampah organik) dapat dijadikan kompos, namun tentunya botol plastik tidak bisa.

Kami percaya bahwa konsumen atau pelanggan memiliki andil besar dalam penggunaan plastik di cafe. Frekuensi kunjungan mereka pun juga berpengaruh. 88% dari koresponden mengunjungi cafe 1-3 kali perminggunya, sedangkan 4% mengunjungi setiap hari!

Pemesanan take away atau dibungkus menggunakan lebih banyak produk plastik sekali pakai, seperti kantong plastik dan wadah makanan/minuman. 6% dari koresponden mengatakan mereka lebih sering take away. Nah biasanya yang take away ini paling banyak dilakukan dengan jasa ojek online.

Pemahaman pada bahaya plastik sekali pakai sudah cukup tinggi pada owner, manager, dan konsumen cafe di Semarang, namun aksi yang dilakukan belum optimal.

Dari pihak cafe sudah mulai mendukung aksi-aksi mengurangi sampah plastik seperti dengan penyediaan sedotan non-plastik (seperti sedotan bambu dan stainless) pada beberapa cafe dan juga keterbukaan mereka pada konsumen atau pelanggan yang membawa wadah makan atau minum mereka sendiri.

Hasil survey ini menunjukan bahwa kedua pihak antara pengelola cafe dan konsumen paham dan sama-sama peduli akan isu sampah ini. Isu ini sudah mendapatkan perhatian global, di Indonesia sendiri sudah ada PP RI No. 83 tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut tahun 2018-2025 yang mentargetkan sampah terkelola 100% dan pengurangan sampah sebesar 30%.

Kami harap akan timbul lebih banyak aksi-aksi kecil dalam pengurangan sampah plastik dan pengolahan sampah yang baik oleh cafe-cafe di Semarang di masa yang akan datang.. 

Maula Nadia

%d blogger menyukai ini: