Misi Penuh Dedikasi: Anak Muda Alor Selamatkan Penyu Bersama TAKA di Desa Delaki

Misi Penuh Dedikasi: Anak Muda Alor Selamatkan Penyu Bersama TAKA di Desa Delaki

Delaki merupakan salah satu desa pesisir yang terletak di selatan Pulau Pantar dan berbatasan langsung dengan kaki gunung berapi aktif yang ada di Alor yaitu gunung sirung. Secara administratif desa ini termasuk salah satu dari 10 desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Menurut data BPS 2020 Desa Delaki memiliki luas wilayah mencapai 4297 Ha. 

Untuk mencapai Desa Delaki dibutuhkan waktu sekitar 5 jam dari Kalabahi, Ibukota Kabupaten Alor dengan cara menyebrangi laut alor menggunakan kapal motor untuk sampai ke Pelabuhan Tamakh selama 3,5 jam, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan sepeda motor selama 1,5 jam untuk mencapai desa delaki. 

Awalnya, informasi tentang potensi desa ini sudah ditemukan oleh TAKA pada saat kegiatan resources use monitoring (RUM) dalam program kemitraan CEPF-Burung Indonesia pada tahun 2021 yang menemukan adanya gerombolan paus pilot (Globicephala sp.) dengan jumlah ratusan ekor di sekitar perairan Desa Delaki. Namun, untuk informasi tentang sosial, ekonomi dan pesisir pantai Desa Delaki belum diketahui pada saat itu. (Baca disini : wisata menonton paus)

Sampai pada saat pada tahun 2022, salah satu anak muda Desa Delaki yang Bernama “Bernard Liwang” memposting di beranda Facebook ditemukan ratusan telur penyu. Mungkin bagi sebagian masyarakat terutama masyarakat setempat menilai temuan tersebut hal yang biasa, namun dari post itu, tim TAKA menilai adanya niat dan keberanian seorang pemuda Alor dalam konservasi biota penyu.

“Awalnya, saya ragu bahwa penyu tersebut dilindungi dalam undang-undang tapi setelah membaca tentang undang-undang akhirnya percaya. Di Delaki hampir setiap bulannya penyu naik bertelur.” ujar Bernard.

Menurutnya, masih banyak warga  yang mengkonsumsi penyu dikarenakan ketidaktahuan dan minimnya informasi yang masuk ke desa mereka, namun baginya, selama masih banyak anak muda di desa, maka banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengubah kebiasaan tersebut. Mendengar penjelasan dari Bernard melalui telepon, TAKA memutuskan untuk berkunjung untuk menggali lebih dalam informasi tentang Desa Delaki dan perspektif penyu terhadap masyarakat Delaki.

Sosialisasi Awal di Gereja Alimake, Desa Delaki

Bertemu dengan Kepala Desa Delaki, Rizky Erdana dan Wedi Andika dari Tim TAKA menyampaikan tentang temuan pantai peneluran penyu di Desa Delaki dan berniat untuk mengambil data pantai peneluran tersebut. Mendengar hal tersebut Kepala Desa menyambut hangat kedatangan TAKA dan berpesan untuk melibatkan anak muda Delaki dalam pengambilan data tersebut nantinya. 

“Dikarenakan ketidaktahuan masyarakat bahwa penyu termasuk biota yang dilindungi sesuai undang-undang, masih banyak orang desa yang ambil daging penyu karna di delaki mayoritas pekebun. Jadi sewaktu pergi berkebun dengan menyusuri pantai dan menemukan penyu biasa mereka ambil dan jadi lauk pauk di rumah”, ujar Kepala Desa

Kepala Desa juga menyarankan agar TAKA menyampaikan pesan kepada masyarakat tentang biota penyu sebagai biota yang dilindungi secara singkat terlebih dahulu di gereja agar informasi nya dapat diketahui oleh masyarakat. Gereja menjadi sarana komunikasi antar masyarakat dalam penyampaian informasi penting yang dapat dipercaya dan didengar oleh semua kalangan dari anak-anak, remaja hingga orang tua.

Setelah mendapat persetujuan dari kepala desa, tim TAKA langsung berunding bersama kelompok karang taruna Delaki dan pemuda gereja untuk membahas persiapan terkait sosialisasi dan menyampaikan tentang kawasan konservasi dan ETP spesies yang ada di KKD Taman Perairan di Kepulauan Alor.

Tim TAKA dan Karang Taruna Delaki

Tim TAKA mendapatkan kesempatan setelah kegiatan ibadah di gereja selesai untuk  menyampaikan materi singkat seputar penyu. Wedi Andika selaku perwakilan dari TAKA menyampaikan bahwa penyu sudah dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 dan masuk dalam satwa yang dilindungi sesuai denga PP. Nomor 7 tahun 1999, terlebih lagi penyu dapat dijadikan sebagai potensi pengembangan wisata pantai peneluran dan edukasi untuk wisatawan yang dapat menggerakkan ekonomi desa. Wedi juga menyampaikan pesan yang dinilai masyarakat menjadi paham akan pentingnya untuk menjaga penyu sebagai hewan yang dilindungi. 

“Telur penyu memang banyak, satu kali betelur mencapai 100 telur tetapi dari semua telur itu hanya 1 penyu yang dapat bertahan hingga sampai dewasa di alam. Belum lagi, jenis kelamin penyu ditentukan oleh suhu di sekitar pantai peneluran. Untuk sekarang, suhu yang panas akan membuat mayoritas jenis kelamin penyu menjadi betina, jika begini terus maka,  bisa-bisa penyu akan habis dan tidak ada lagi di Desa delaki sehingga anak cucu hanya dapat cerita nya saja.”

Wedi Andika
Sosialisasi tentang penyu kepada Jemaat Gereja Alimake Desa Delaki

Warga yang mengikuti juga memberikan tanggapan, “Masyarakat ini banyak yang cepat lupa atas informasi yang disampaikan, tapi setidaknya sudah ada ingatan sedikit. Supaya masyarakat bisa mengingat jelas, baiknya ada papan informasi yang dibuatkan karena orang yang tidak ikut bisa baca dan mengingatkan sesama.” Ujar bapa Samuel Deri Wabang selaku ketua Karang Taruna Delaki. Oleh karena itu dibuatlah papan informasi oleh TAKA, Karang Taruna Delaki, Universitas Tribuana, GAMKI dan aparat desa yang dapat diakses di sini. Harapannya, masyarakat dapat mengetahui bahwa penyu termasuk biota yang dilindungi dan mengurangi perburuan yang biasa dilakukan.

(Rizky Erdana)

%d blogger menyukai ini: