Berhentinya China sebagai penampung sampah bagi ½ belahan dunia, siapkah Indonesia menjadi penampung selanjutnya?
Kurang lebih selama ¼ abad, Amerika Serikat mengirimkan sampahnya ke China. Sebanyak 279 Juta Metrik Ton sampah yang terdiri dari plastik dan kertas di ekspor dari Amerika untuk di daur ulang. Bukan hanya Amerika Serikat, negara-negara maju di Eropa juga mengirimkan sampah mereka untuk diolah di China. Menurut South China Morning Post, sejak 1980an China menjadi negara terbesar dalam mengimpor sampah sehingga dijuluki “foreign trash”. Pada tahun 2012 sebanyak 56% ekspor sampah plastik global berakhir di China. Hingga kini belum ada negara lain yang mampu menampung sampah-sampah negara besar untuk di daur ulang seperti China.
Pada awal tahun 2018 China menetapkan peraturan bahwa negaranya akan berhenti mengimpor sampah dunia karena menyebabkan dampak lingkungan yaitu mencemari perairan mereka dari mulai muara sungai hingga lautan serta memberi dampak buruk pada kesehatan akibat konsumsi air yang kurang bersih. Berita tersebut mengejutkan semua negara di Eropa dan Amerika Serikat yang bergantung kepada China, terutama dalam industri pengelolaan sampah dan daur ulang. Keputusan secara tiba-tiba ini menjadi panggilan bagi negara-negara lain, salah satunya di Asia Tenggara untuk menyiapkan diri menerima limpahan ekspor sampah karena berhentinya impor sampah di China.
Betul saja di awal bulan Mei 2019, Malaysia mendapat kiriman 60 kontainer sampah plastik dengan berat berkisar 30.000 metrik ton kiriman dari Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Inggris. Kemudian dibulan selanjutnya, Indonesia juga menerima 5 kontainer sampah yang terkontaminasi dan mengandung limbah B3 dari Amerika Serikat. Tidak hanya di Indonesia dan Malaysia, negara-negara Asia tenggara lainnya juga kerap menerima serbuan sampah plastik. Respon pemerintah negara-negara ASEAN dalam menanggapi permasalahan ini adalah mengirim kembali kontainer-kontainer sampah tersbut kepada negara pengirim. Tindakan ini merupakan langkah tegas negara ASEAN dalam menghadapi isu sampah dunia.
Dengan penolakan China mengimpor sampah merupakan keputusan besar yang membuka banyak mata bagi negara-negara lain bahwa masalah persampahan ini adalah permasalahan bersama secara global. Masing-masing negara, terutama di Asia Tenggara harus meningkatkan kemampuan dalam mengolah dan mendaur ulang sampahnya sendiri serta pola kebiasaan hidup yang bergantung dengan sampah plastik yang tidak dapat olah kembali.
Aksi ini diikuti oleh Indonesia dengan mengirim balik 5 kontainer sampah ke Amerika Serikat pada Juni 2019 kemarin. Kontainer-kontainer tersebut dilaporkan berisi sampah seperti botol plastik hingga popok! Sejak itu, pemeriksaan terus dilakukan di sejumlah pelabuhan di Indonesia untuk mendeteksi kiriman sampah.
Ayo mulai bijak kelola sampah kalian sendiri sehingga dapat meringankan permasalah sampah dunia. Semua dapat dimulai dari kita sendiri dengan mengurangi konsumsi sampah plastik, dan memaksimalkan fasilitas daur ulang terdekat didaerah kalian seperti bank sampah.
Corina Dewi Ruswanti