Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada. Hal tersebut bisa dikatakan sebagai anugerah sekaligus tantangan bagi pengelolaan ekologis para peneliti di Indonesia.
Garis pantai merupakan habitat dan tempat memijah bagi beberapa biota laut, salah satunya adalah penyu. Di dunia terdapat 7 spesies penyu dan 6 di antaranya ditemukan di Indonesia. Bahkan, empat di antaranya bertelur di sepanjang pantai di Indonesia, antara lain Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Blimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate).
Seperti yang sudah sama-sama kita ketahui kegiatan perikanan di Indonesia semakin maju. Alat tangkap yang digunakan saat ini sangat efektif untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Mungkin bagi nelayan merupakan berkah tersendiri tetapi hal ini bisa menimbulkan kekhawatiran karena alat tangkap yang digunakan kurang selektif. Akibatnya banyak tangkapan non target yang mau tidak mau ikut terambil dan kemungkinan untuk release kembali ke alam sangatlah kecil, salah satunya adalah penyu.
Di Paloh, perairan utara Kabupaten Sambas merupakan salah satu cerminan dari kondisi tangkapan samping penyu oleh alat tangkap jaring insang gillnet di Indonesia. Menurut data MMAF tahun 2011 terdapat 561,320 jaring insang gillnet yang beroperasi di Indonesia. Sebagai tambahan, perairan Indonesia juga sebagai habitat dan jalur migrasi dari beberapa spesies ETP seperti cetaceans, hiu, dan burung laut. Penggunaan gillnet dapat meningkatkan potensi tertangkapnya bycatch dan ETP di Indonesia.
Permasalahan utama perikanan di Indonesia dan banyak di negara berkembang adalah kurangnya data yang terukur meliputi data spesies dan jumlah hasil tangkapan kapal penangkap ikan. Pengelolaan perikanan di Indonesia sekarang ini mencoba untuk membatasi overfishing dan tangkapan samping dengan menempatkan observer di kapal penangkap ikan komersial. Observer mencatat data meliputi komposisi tangkapan, termasuk hasil hitungan tangkapan, informasi spesies, dan data bycatch.
Sedikit masalah dihadapi dalam program observer. Penempatan observer pada kapal tangkap membutuhkan pendanaan, Ketersediannya observer, serta pelatihan dan waktu melaut. Observer kemungkinan akan menemukan kesulitan atau ketidaknyamanan dalam suasana kapal. Sebagai tambahan, di beberapa negara mempunyai standar yang kurang terkait observer, sementara di negara lain tidak memiliki informasi mengenai observer.
Dalam mencakup permasalahan di atas, TAKA berkolaborasi dengan WWF-US, NOAA dan WWF-Indonesia melakukan uji coba pemasangan kamera video untuk memonitoring aktivitas kapal tangkap Uji coba ini bertujuan untuk 1) Menentukan efektivitas penggunaan kamera video low-budget untuk merekam aktivitas kapal tangkap gillnet dalam menilai kemampuan pengembangan informasi dan komposisi tangakapan perairan paloh; 2) Membangun protocol yang diperlukan dalam memastikan kekuatan data hasil tangkapan dari penggunaan video pada perikanan skala kecil.
Seiring dengan kemajuan teknologi maka pembiayaan juga meningkat, kemutaktiran seperti ini hanya sedikit membantu menyelesaikan permasalahan di negara berkembang dan perikanan skala kecil yang terasosiasi. Inisiatif inidilaksanakan untuk melihat kemungkinan penggunaan teknologi video berbiaya rendah untuk menyediakan informasi penangkapan yang dapat digunakan oleh manager perikanan. Agar dapat memastikan video monitoring dapat bekerja dengan baik.
Ujicoba dilakukan selama 5 bulan dari Juni hingga Oktober 2015 dengan menggunakan 2 kapal tangkap gillnet yang diperuntukan sebagai kapal eksperimen dan kontrol. Kamera di pasang pada bagian kanan atas kapal dengan menyesuaikan posisi nelayan ketika menjaring ikan (hauling) untuk memastikan, selama proses hauling kamera dapat menangkap proses penangkapan ikan. Hasil rekaman kamera video tersebut digunakan untuk verivikasi data oleh observer onboard.
Selain mengukur keefektifan penggunaan kamera video untuk merekam hasil tangkapan, data lain yang telah dikoleksi oleh observer onboard observer selama ujicoba meliputi :
- Koordinat fishing ground,
- Kecerahan menggunakan secchi disk
- Ukuran hasil tangkapan
- Spesies ETP dan Tangkapan Samping (bycacth)
- Nilai ekonomi hasil tangkapan