Kita seharusnya takut apabila berada di samudra dan tidak melihat hiu
Kutipan dari Sylvia Earl, seorang Marine Biologist asal Amerika, menjadi pembuka dalam film Ocean And Us. Film ini merupakan film oleh Indonesia Nature Film Society yang ditulis dan disutradarai oleh Wahyu Mulyono.
Pada hari Sabtu (7/12), Yayasan TAKA bersama Marine Diving Club Universitas Diponegoro menggelar kembali kelasTAKA dengan tema “Pemutaran dan Diskusi Film Ocean And Us” di Cafe NOIR, Tembalang, Semarang.
Film Ocean And Us mengangkat isu shark finning di Indonesia, khususnys di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Film ini mengikuti perjalanan penangkapan hiu di Tanjung Luar, Lombok Timur. Dari aktivitas penangkapan oleh nelayan hingga penjualan hasil tangkapan di Pelabuhan Tanjung Luar. Ternyata Tanjung Luar merupakan salah satu lokasi penangkapan hiu terbesar di Indonesia.
Apa sih itu Shark Finning?
Shark finning merupakan aktivitas pemotongan sirip hiu secara langsung, sedangkan bagian tubuh hiu lainnya langsung kembali ke dalam laut. Kenapa hanya bagian siripnya? Karena sirip hiu merupakan bagian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi tidak seperti bagian tubuh lainnya. Sirip hiu banyak digunakan sebagai bahan makanan. Walaupun begitu tetap ada beberapa nelayan yang menangkap hiu secara utuh. Tingginya permintaan pasar dan tingginya harga jual mendorong peningkatan penangkapan hiu di Indonesia.
Penangkapan hiu yang berlebihan dapat berdampak buruk kepada ekosistem laut. Dengan perannya sebagai predator utama, hiu sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut. Hiu memakan ikan-ikan yang sakit, bila hiu punah akan ada penyebaran penyakit di antara ikan-ikan. Selain itu hiu berperan untuk mengatur pertumbuhan ikan besar yang memakan ikan-ikan kecil. Tanpa keberadaan hiu, rantai makanan di ekosistem laut akan terputuskan dan keseimbangan ekosistem akan terganggu.
Hiu ditangkap untuk dikonsumsi, padahal ternyata mengonsumsi hiu itu berbahaya! Salah satu bahaya dari mengkonsumsi hiu adalah kandungan logam berat merkuri yang tinggi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa merkuri adalah racun neurotoksin berbahaya yang berkaitan dengan penyakit neuogeneratif (seperti Alzheimer). Oleh karena itu sangat berbahaya, khususnya untuk wanita hamil dan anak-anak.
Selain pemutaran film, kelasTAKA membuka sesi diskusi yang dipandu oleh Novita dari GAIA Conservation. Sesi diskusi interaktif itu diikuti dengan sangat antusias oleh para peserta. Sesi diskusi tidak hanya membahas Film Ocean And Us, namun juga tentang regulasi hiu di Indonesia dan stigma hiu di kalangan masyarakat sebagai “hewan yang buas dan berbahaya”. Stigma-stigma tersebut dipicu oleh film-film yang memunculkan hiu sebagai ‘pembunuh’ dan patut ‘dibunuh’.
Film ini dapat ditonton secara gratis disini!
Terima kasih kepada seluruh peserta yang sudah hadir dan meramaikan pertemuan ketiga dari kelasTAKA. Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya!
Maula Nadia